Mereka Pantas Dipuji!

14 Mei 2010

Piala Uber
Mereka Pantas Dipuji!
Kamis, 13 Mei 2010 | 23:59 WIB
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Reaksi Adriyanti Firdasari (kiri) dan Greysia Polii saat bertanding di babak semifinal Piala Uber di Stadium Putra Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (13/5/2010). Tim Uber Indonesia gagal melaju ke final setelah kalah 0-3. Meskipun demikian, perjuangan mereka patut diajungi jempol.

TERKAIT:

JAKARTA, Kompas.com – Tim Piala Uber Indonesia harus mengakhiri mimpi untuk membawa pulang trofi paling bergengsi turnamen beregu putri tersebut ke Tanah Air. Perjuangan keras Adriyanti Firdasari dan kawan-kawan terhenti di semifinal setelah menyerah 0-3 dari tim juara bertahan China.

Pada pertandingan di Stadium Putra, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (13/5/10), pasukan Merah Putih telah menunjukkan perjuangan yang tak kenal lelah. Segala cara sudah diupayakan, tetapi para srikandi Indonesia ini tidak mampu merobohkan tembok China, yang memang sangat kokoh untuk diterobos.

Meskipun gagal, tetapi acungan jempol pantas diberikan kepada putri-putri yang sudah bertarung hidup-mati di atas lapangan. Maria Febe Kusumastuti dan kawan-kawan pantas dipuji, karena mereka mampu mempertontonkan daya juang yang luar biasa untuk mengalahkan China, yang sangat difavoritkan untuk mempertahankan sekaligus merengkuh gelar ketujuh secara berturut-turut.

Memang, kekalahan adalah hal yang tidak diinginkan para pemain, termasuk oleh para pecinta bulu tangkis di Tanah Air ini. Apalagi, masyarakat Indonesia sudah sangat menantikan siraman hiburan berupa gelar Piala Uber, yang terakhir kali digondol ke Tanah Air pada tahun 1994 dan dipertahankan pada tahun 1996.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan adalah fakta yang harus diterima. Kedigdayaan para pemain putri China sulit ditandingi oleh negara-negara manapun di muka bumi ini (termasuk Indonesia), yang sudah dibuktikan dengan 11 gelar Piala Uber. Sejak menjadi juara untuk pertama kalinya tahun 1984, China terus mendominasi dan hanya dua kali berhasil dijegal Indonesia pada tahun 1994 dan 1996.

Namun merujuk perjalanannya hingga mencapai babak empat besar, pasukan Merah Putih pantas dibanggakan. Bagaimana tidak, Firdasari dkk mampu menjadi juara Grup B setelah membukukan kemenangan atas Australia dan Denmark, dengan skor sangat meyakinkan, 5-0.

Setelah melewati adangan musuh di fase penyisihan, para srikandi Indonesia kembali menunjukkan penampilan yang memukau ketika bertemu Malaysia di perempat final, Rabu (12/5/10). Meskipun bermain di hadapan pendukung tuan rumah, tim Uber Indonesia berhasil mempermalukan Malaysia dengan skor 3-0, sehingga berhak maju ke semifinal untuk bertemu China.

Di babak empat besar ini, China diprediksi akan menjadi pemenang. Manajer tim Uber Indonesia Djendjen Djaenanasri sendiri mengakui, China merupakan lawan terberat dan sangat sulit dikalahkan. “Untuk melawan China memang berat, tetapi bukan berarti kalah sebelum bertanding. Kami akan memberi perlawanan sepenuhnya,” ujar Djendjen usai Indonesia kalahkan Malaysia 3-0 di perempat final.

Benar sekali, di semifinal para pemain Indonesia tampil kesetanan. Tunggal pertama, Maria Febe, yang mendapat beban sangat berat karena harus menghadapi pemain nomor satu dunia Wang Yihan, memperlihatkan daya juang yang sangat tinggi.

Sempat grogi di set pertama sehingga menyerah dengan skor mencolok 7-21, pemain berusia 21 tahun ini memberikan perlawanan maksimal di set kedua. Bahkan, Febe mempertontonkan dua kali jumping smesh yang cukup memukau, untuk meraih poin. Sayang, Febe yang menempati peringkat 19 dunia hanya mampu memperoleh 12 poin.

Partai kedua yang memainkan nomor ganda, lagi-lagi wakil Indonesia tampil cukup menawan. Greysia Polii/Meiliana Jauhari, yang menempati peringkat 84 dunia, mampu mengimbangi permainan agresif Ma Jin/Wang Xiaoli, pasangan nomor satu dunia.

Adu drive, permainan net yang tipis, serta smes-smes kencang, sempat membuat Ma Jin/Wang Xiaoli kelabakan. Ketat dan serunya permainan ini juga membuat senar raket Meiliana sempat putus sehingga dia harus berlari keluar lapangan untuk mengambil raket baru. Tetapi, pengalaman segudang plus kekompakan Ma Jin/Wang Xiaoli, yang sudah lama disandingkan ini, membuat mereka mampu keluar dari tekanan sehingga berhasil menang dua set langsung 21-17, 21-13.

Di partai ketiga, Firdasari mempertontonkan permainan menawan. Menghadapi pemain kidal Wang Xin, peringkat dua dunia, Firdasari yang kini berada di urutan 24 BWF bermain penuh determinasi sehingga bisa mengimbangi agresivitas Wang Xin.

“Firdasari bermain bagus karena dia memberikan yang terbaik di lapangan,” ungkap Djendjen, mengomentari penampilan tim Uber Indonesia di semifinal.

Akan tetapi, gaya permainan Wang Xin yang memiliki daya serang yang bagus plus drop shot silang yang tajam, membuat Firdasari cukup kewalahan. Meskipun sempat beberapa kali unggul dalam pengumpulan poin, tetapi Wang Xin berhasil mengejar. Penempatan bola yang akurat dibarengi pukulan silang mematikan, membuat Wang Xin mampu mengakhiri perlawanan Firdasari dengan skor 21-17, 21-15, sekaligus mengakhiri kiprah tim Indonesia di Piala Uber 2010.

Dari hasil yang diraih di Malaysia ini, tim putri Indonesia harus segera berbenah jika ingin mengulangi kejayaan tahun 1975, 1994 dan 1996, ketika Piala Uber diboyong ke Tanah Air. Proses regenerasi harus diperhatikan (di samping teknik dan kemampuan pemain), karena jika tidak, China yang tidak pernah berhenti melahirkan bintang bulu tangkis di sektor putri, akan terus mendominasi olahraga tepok bulu ini.